Usia muda ternyata bukan menjadi kendala bagi setiap orang untuk meraih sukses dan memiliki perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh seorang pemuda asal Bogor Elang Gumilang.
Simak kisahnya:
Elang, sulung dari tiga bersaudara. Saat belajar di Sekolah Mene-ngah Atas Negeri 1 Bogor, Elang sudah berbisnis: menjual donat. Kegiatan ini baru berhenti ketika orang tuanya melarang.
Tapi Elang, dengan bakat dan kecerdasannya, terus mencari uang, kali ini dengan mengikuti aneka lomba. Elang pernah muncul sebagai juara ketiga Marketing Games Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia di Universitas Trisakti. Ia juga juara pertama kompetisi Ekonomi SMA Se-Jabodetabek 2003 di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan juara pertama Economic Contest di Institut Pertanian Bogor, tahun yang sama. Uang Rp 10 juta terkumpul. Elang mendapat "tiket gratis" masuk Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.
Di IPB, jiwa bisnisnya berkembang lebih mekar. Pada tahun pertama, Elang menjual sepatu. Berbekal katalog, ia menawarkan sepatu dari satu asrama ke asrama mahasiswa di Kampus Biru itu. Ia juga pernah menjual lampu. Minyak goreng adalah dagangannya selanjutnya. "Saya sempat diajak," kata Roni Jayawinangun, sahabat Elang.
Memasuki tahun ketiga, Elang dan 12 kawannya membuka kursus bahasa Inggris, English Avenue, di kampusnya dengan modal Rp 21 juta. Elang menjadi direkturnya. Sambil mengisi waktu luang, dia menyambi menjadi tenaga pemasaran salah satu perusahaan properti di Bogor. Tak ada gaji, hanya mendapat komisi jika berhasil menjual rumah.
Berbekal pengalaman menjadi salesman pengembang, Elang nekat berbisnis sendiri. Pada 2005, penggemar traveling itu mencoba ikut tender rehabilitasi sekolah dasar di Jakarta. Nasib baik. Proyek senilai Rp 160 juta digenggamnya. Ia makin percaya diri menggeluti dunia properti. Pada 2006, di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, dia mengubah akta perusahaan yang hampir tutup menjadi Elang Group. Tanah nganggur milik sebuah instansi di Cinangneng, Kabupaten Bogor, diliriknya. Sayang, modalnya cekak. Bank juga enggan mendanainya. Tak menyerah, Elang mengajak lima kawannya dan terkumpul duit Rp 340 juta.
Lantas dia membujuk Bank Ta-bungan Negara (BTN) bekerja sama menyediakan kredit pemilikan rumah sederhana bersubsidi (KPRS) bagi masyarakat berpenghasilan di bawah Rp 2,5 juta. Deal, BTN setuju. Pada 2007, Elang Group menjual rumah murah. Harganya mulai Rp 25 juta (tipe 21/60) berbunga 4,5 persen per tahun dan maksimal Rp 55 juta (tipe 36/72) berbunga 7,5 persen per tahun. Cicilannya Rp 25-90 ribu per bulan.
Proyek perdana Elang Group di Perumahan Griya Salak Endah itu berhasil. Sebanyak 450 unit rumah terjual. Pembelinya buruh, pedagang, tukang tambal ban, dan guru. "Saya tergerak menyediakan rumah murah karena banyak orang kecil kesulitan membelinya," ujar Elang.
Pada 2008, Elang membangun lagi Perumahan Bukit Warna Sari Endah, Cilebut, Bogor. Ekspansi Perumahan Griya Salak Endah II juga sukses. Pada 2009, Elang mengambil alih proyek Griya PGRI di Ciampea yang tak bisa diselesaikan oleh pengembang lain.
Seorang bankir di BTN Cabang Bogor yang minta namanya tak disebut mengatakan salut kepada Elang. Kendati bukan anak pejabat atau pengusaha besar, jaringan Elang luas. "Biasanya butuh tiga bulan menyelesaikan izin," ujarnya, "tapi Elang cuma butuh sebulan." Kele-bihan lain, Elang tak mengambil kredit konstruksi dari bank.
Menurut Elang, setelah dirinya menyelesaikan pembebasan lahan, perizinan, site plan, cut and fill, hingga meneken perjanjian dengan bank, giliran kawan dan mitranya berperan. Mereka bahu-membahu menyediakan modal pembangunan rumah. Strategi ini efektif. Empat proyek sudah memberikan keuntungan bagi para pemodalnya. Dukungan kawan-kawannya pun terus berlanjut hingga kini.
Sumber : Tempo Online
Silakan komentar dengan baik dan bijak. Sesuai dengan artikel yang dibaca :)
EmoticonEmoticon