Dia adalah seorang tukang setrika di perusahaan binatu, dia tinggal
disebuah kontrakan kecil dan mendapat upah $60 seminggu. Istrinya
bekerja di malam hari, namun dengan dua pekerjaan tersebut mereka nyaris
tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Hingga saat bayi mereka terkena infeksi telinga. Mereka tidak
memiliki biaya pengobatan dan harus menjual beberapa barang perabotan
mereka untuk membeli obat antibiotik. Pekerja binatu inimemiliki impian ingin menjadi penulis. Setiap malam dan akhir
pekan bunyi mesin ketiknya memenuhi kontrakan kecilnya. Dia menabungkan
sebagian uang belanjanya untuk mengirimkan naskah pada penerbit dan
agen.
Semua orang menolak hasil karyanya, dan surat jawaban yang diterimanya
pun cukup singkat.
“Tulisan anda belum memenuhi syarat”. Bahkan dia
sendiri pun tidak yakin jika hasil karyanya disempatkan dibaca oleh
editor.
Pada suatu hari si pekerja binatu tersebut membaca sebuah novel yang
mengingatkannya akan hasil karyanya. Kemudian dia mengirimkan hasil
karyanya kepada sebuah penerbit buku, dan naskah itu diterima oleh Bill
Thompson.
Beberapa minggu kemudian, sebuah jawaban yang hangat dan ramah
diterimanya melalui pos. Naskah itu punya banyak kesalahan, tetapi Bill
Thompson yakin pekerja binatu ini punya bakat sebagai seorang penulis
dan mendorongnya untuk mencobanya lagi.
Dalam 18 bulan berikutnya, si pekerja binatu mengirimkan dua naskah
lagi kepada editor. Namun sekali lagi pekerja binatu tersebut
mendapatkan jawaban yang kurang memuaskan dari editor. Tanpa putus asa,
si pekerja binatu pun mulai mengerjakan novel berikutnya. Karena tagihan
yang terus menumpuk, membuatnya mulai kehilangan harapan.
Pada suatu malam dia membuang naskahnya ke keranjang sampah.
Keesokannya istrinya mengambilnya lagi. “Kau tak boleh menyerah saat
keberhasilan telah begitu dekat”, kata istrinya.
Si pekerja binatu menatap halaman-halaman naskahnya. Mungkin dia mulai
kehilangan rasa percaya diri, tetapi istrinya percaya dan tetap
mendukungnya. Demikian pula dengan seorang editor di New York percaya
bahwa dia berbakat dan memberinya semangat. Maka timbullah semangatnya
yg hampir padam.
Setiap hari dia mulai menulis lagi untuk menyempurnakan kembali
novelnya. Setelah dia selesai, dikirimkannya kembali novel itu kepada
Bill Thompson. Di luar dugaannya perusahaan penerbitan Thompson
menyerahkan uang muka $2500, dan lahirlah cerita horor klasik karya
“Stephen King” -si tukang setrika tadi- yang berjudul “Carrie”.
Novel tersebut terjual lima juta eksemplar dan menjadi film yang paling banyak meraup keuntungan pada tahun 1976.
sumber : www.diraja.wordpress.com
***
Itulah sebuah cerita yang meyakinkan kita bahwa siapapun berhak untuk sukses bila mau berusaha dan pantang menyerah
Silakan komentar dengan baik dan bijak. Sesuai dengan artikel yang dibaca :)
EmoticonEmoticon