Beberapa waktu yang lalu kita sempat dibuat kagum dengan seorang anak yang bernama Tasripin yang masih berusia 13 tahun, namun mampu menghidupi dirinya dan adik-adiknya. Bahkan melalui twitternya Presiden SBY pun dibuat terharu sekaligus prihatin atas perjuangan Tasripin.
=====================================================
Di China pun ada seorang anak yang luar biasa. Namanya Zang Da, simak kisahnya berikut ini:
Zhang Da harus menanggung beban hidup yang berat ketika usianya masih
sangat belia. Tahun 2001, ketika usianya menjelang 10 tahun, Zhang Da
harus menerima kenyataan ibunya lari dari rumah. Sang ibu kabur karena
tak tahan dengan kemiskinan yang mendera keluarganya. Yang lebih tragis,
si ibu pergi karena merasa tak sanggup lagi mengurus suaminya yang
lumpuh, tak berdaya, dan tanpa harta. Dan ia tak mau menafkahi
keluarganya.
Maka Zhang Da yang tinggal berdua dengan ayahnya
yang lumpuh, harus mengambil-alih semua pekerjaan keluarga. Ia harus
mengurus ayahnya, mencari nafkah, mencari makanan, memasaknya,
memandikan sang ayah, mencuci pakaian, mengobatinya, dan sebagainya.
Yang
patut dihargai, ia tak mau putus sekolah. Setelah mengurus ayahnya, ia
pergi ke sekolah berjalan kaki melewati hutan kecil dengan mengikuti
jalan menuju tempatnya mencari ilmu. Selama dalam perjalanan, ia memakan
apa saja yang bisa mengenyangkan perutnya, mulai dari memakan rumput,
dedaunan, dan jamur-jamur untuk berhemat. Tak semua bisa jadi bahan
makanannya, ia menyeleksinya berdasarkan pengalaman. Ketika satu
tumbuhan merasa tak cocok dengan lidahnya, ia tinggalkan dan beralih ke
tanaman berikut. Sangat beruntung karena ia tak memakan dedaunan atau
jamur yang beracun.
Usai sekolah, agar dirinya bisa membeli makanan
dan obat untuk sang ayah, Zhang Da bekerja sebagai tukang batu. Ia
membawa keranjang di punggung dan pergi menjadi pemecah batu. Upahnya ia
gunakan untuk membeli aneka kebutuhan seperti obat-obatan untuk
ayahnya, bahan makanan untuk berdua, dan sejumlah buku untuk ia
pejalari.
Zhang Da ternyata cerdas. Ia tahu ayahnya tak hanya
membutuhkan obat yang harus diminum, tetapi diperlukan obat yang harus
disuntikkan. Karena tak mampu membawa sang ayah ke dokter atau ke klinik
terdekat, Zhang Da justru mempelajari bagaimana cara menyuntik. Ia beli
bukunya untuk ia pelajari caranya. Setelah bisa ia membeli jarum suntik
dan obatnya lalu menyuntikkannya secara rutin pada sang ayah.
Kegiatan
merawat ayahnya terus dijalaninya hingga sampai lima tahun. Rupanya
kegigihan Zhang Da yang tinggal di Nanjing, Provinsi Zhejiang, menarik
pemerintahan setempat. Pada Januari 2006 pemerintah China
menyelenggarakan penghargaan nasional pada tokoh-tokoh inspiratif
nasional. Dari 10 nama pemenang, satu di antaranya terselip nama Zhang
Da. Ternyata ia menjadi pemenang termuda.
Acara pengukuhan
dilakukan melalui siaran langsung televisi secara nasional. Zhang Da si
pemenang diminta tampil ke depan panggung. Seorang pemandu acara
menanyakan kenapa ia mau berkorban seperti itu padahal dirinya masih
anak-anak. “Hidup harus terus berjalan. Tidak boleh menyerah, tidak
boleh melakukan kejahatan. Harus menjalani hidup dengan penuh tanggung
jawab,” katanya.
Setelah itu suara gemuruh penonton memberinya
applaus. Pembawa acara menanyainya lagi. “Zhang Da, sebut saja apa yang
kamu mau, sekolah di mana, dan apa yang kamu inginkan. Berapa uang yang
kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah dan mau kuliah di mana.
Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebutkan saja. Di sini ada banyak
pejabat, pengusaha, dan orang terkenal yang hadir. Saat ini juga ada
ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televisi,
mereka bisa membantumu!” papar pembawa acara.
Zhang Da terdiam. Keheningan pun menunggu ucapannya. Pembawa acara harus mengingatkannya lagi. “Sebut saja!” katanya menegaskan.
Zhang
Da yang saat itu sudah berusaha 15 tahun pun mulai membuka mulutnya
dengan bergetar. Semua hadirin di ruangan itu, dan juga jutaan orang
yang menyaksikannya langsung melalui televisi, terdiam menunggu apa
keinginan Zhang Da. “Saya mau mama kembali. Mama kembalilah ke rumah,
aku bisa membantu papa, aku bisa cari makan sendiri. Mama kembalilah!”
kata Zhang Da yang disambut tetesan air mata haru para penonton.
Zhang
Da tak meminta hadiah uang atau materi atas ketulusannya berbakti
kepada orangtuanya. Padahal saat itu semua yang hadir bisa membantu
mewujudkannya. Di mata Zhang Da, mungkin materi bisa dicari sesuai
dengan kebutuhannya, tetapi seorang ibu dan kasih sayangnya, itu tak
ternilai.
====================================================
Baik Tasripin dan juga Zang Da di usianya yang masih terbilang anak-anak mampu melakukan hal yang luar biasa. Lantas apa yang membuatnya bisa sedemikian kuat? Kondisi ya, kondisi. Kadang kita bisa kuat karena kondisi yang memaksa kita untuk bisa bertahan.
Selama ini kita menjadi orang yang begitu-begitu saja karena kita terlalu terbiasa dengan kondisi yang nyaman
Silakan komentar dengan baik dan bijak. Sesuai dengan artikel yang dibaca :)
EmoticonEmoticon