Apa yang ada di benak anda ketika mendengar nama petakumpet. Mungkin sebuah permainan dimana kita bersembunyi. Tapi petakumpet yang satu ini bukan seperti itu, melainkan sebuah perusahaan besar yang berawal dari kos-kosan.
Pada 1 Mei 1995, 25 orang mahasiswa yang berasal dari komunitas Visual FSR ISI Yogyakarta angakatan 1994 menggunakan sebuah rumah kos-kosan di Pakuncen Yogyakarta menjadi sebuah studio kecil sebagai tempat membuat karya. Nama petakumpet sendiri diambil karena kos-koran tersebut yang letaknya seolah tersembunyi di suatu gang.
Petakumpet melayani jasa pembuatan pamflet, spanduk, dan lain-lain. Awalnya cukup berjalan dengan lancar, bahkan omsetnya saat itu sekitar 3-7 juta/bulannya. Tapi masalah mulai muncul ketika masa kuliah akan berakhir. Satu persatu dari 25 orang itu mulai mengundurkan diri karena berbagai alasan seperti memilih bekerja di perusahaan yang lebih mapan, pulang kampung, dan alasan lainnya. Namun M. Arief Budiman tetap bertahan dan yakin petakumpet bisa berkembang. Begitupun sahabatnya, Radetyo Sindhu Utomo.
M. Arif Budiman |
Petakumpet dibangun kembali pada tahun 1999 hanya dengan 5 orang. Modal mereka hanya 2 komputer, 1 scanner, 1 printer, dan ide-ide segar.
Pilihan mereka pun tak salah. Di tahun pertama, omsetnya 130 juta. Dan di tahun-tahun berikutnya terus berkembang dan mendapat clien dari perusahaan-perusahaan besar. Karya-karya Petakumpet terpampang di berbagai sudut Yogyakarta. Sederet penghargaan di berbagai kompetisi di dunia periklanan pun diperoleh.
Itulah Petakumpet yang dimulai dari sebuah kos-kosan yang tersembunyi di suatu gang, dengan modal pas-pasan, namun menjadi perusahaan periklanan yang cukup besar.
Silakan komentar dengan baik dan bijak. Sesuai dengan artikel yang dibaca :)
EmoticonEmoticon