Minggu, 01 Oktober 2017

Kita Tidak Harus Selalu Benar


Sekolah hampir selalu mengajarkan bagaimana setiap orang harus selalu benar dan tidak boleh salah. Prinsip ini kelihatannya benar, tapi prinsip ini membuat banyak orang berpikir untuk tidak mencoba karena takut berbuat salah. Padahal salah merupakan proses menuju sesuatu yang benar. 

Sebagai contoh, coba kita pikirkan tentang Thomas Alfa Edison, sang penemu bohlam lampu dan ribuan penemuan lainnya. Apakah orang itu tidak pernah salah? Tentu tidak, Edison saat membuat penemuan bohlam lampu melakukan ribuan kali kesalahan sebelum akhirnya ia berhasil membuat bohlam lampu yang menerangi malam-malam kita hingga saat ini. 

Contoh lain mungkin Anda tau mantan presiden Amerika, Abraham Lincoln. Hidupnya selalu dipenuhi kegagalan sebelum akhirnya ia berhasil menjadi presiden. Soichiro Honda pun pernah berkata bahwa kesuksesan yang ia raih hanyalah 1% sedangkan kegagalan yang ia alami adalah 99%. Sedangkan Kolonel Sanders yang menemukan resep fried chiken harus mengalami seribu penolakan sampai ada restoran yang mau menerima resep buatannya, hingga KFC saat ini menjadi restoran fast food yang menyebar di seluruh dunia.

Jadi sebenarnya orang-orang yang sukses dan memberikan kontribusi bagi dunia ini adalah orang-orang yang semasa hidupnya dipenuhi kegagalan, dan kesalahan, sebelum akhirnya ia menemukan kebenaran atau keberhasilan. Mereka adalah orang–orang yang pantang menyerah walaupun melalui berbagai kegagalan dan kesalahan dalam hidupnya.

Tidak harus selalu benar bukan berarti boleh dengan sengaja berbuat salah. Yang dimaksud disini adalah selama niat kita benar jangan takut untuk salah. Jika kita salah maka jadilah pribadi yang selalu memperbaiki kesalahan. Dan yang terpenting adalah memiliki tujuan yang benar.

Bicara soal benar, sebenarnya benar itu ada 2 macam. Benar secara fakta dan benar secara argumen. Yang harus kita fokuskan adalah benar secara fakta, karena benar secara argumen belum tentu benar meskipun guru yang bilang sekalipun. 

Benar secara fakta merupakan kebenaran yang hakiki yang bersumber dari ketetapan Yang Maha Kuasa yang tak mungkin kita ubah. Misalkan ketetapan tentang gaya gravitasi. Setiap benda yang di lempar ke atas akan jatuh lagi dengan adanya gaya gravitasi. Jadi kalau ada orang yang berpendapat berbeda jelas salah. Atau ketetapan bahwa tanaman dan hewan merupakan makhluk hidup. Jadi kalau ada yang berpendapat tanaman dan hewan bukan makhluk hidup jelas salah.

Sedangkan benar secara argumen merupakan kebenaran yang diyakini seseorang karena pendapatnya. Misalkan orang–orang zaman dahulu yakin bahwa bumi datar. Tapi itu ternyata tidak benar setelah dibuktikan bahwa bumi itu bulat. Atau contoh lain, Darwin dan pendukungnya meyakini bahwa manusia berasal dari evolusi monyet. Padahal kita meyakini bahwa hal itu tidaklah benar.

Yang perlu kita pegang adalah kebenaran yang hakiki atau kebenaran secara fakta. Kalau ada orang yang meyakini kebenaran secara argumennya, kita hormati saja pendapatnya, tapi kalau kita punya keyakinan bahwa pendapat kita lebih benar, pertahankan keyakinan itu. 

Ada kalanya kita melakukan kesalahan, dan justru dengan melakukan kesalahan kita bisa belajar dari kesalahan. Jadi, kita tak harus selalu benar, tapi selalu berusaha untuk menjadi benar.

Silakan komentar dengan baik dan bijak. Sesuai dengan artikel yang dibaca :)
EmoticonEmoticon