Satu hal yang dapat dipetik dari semester ini adalah TEMPATKAN LOGIKA DI ATAS IPTEK. Jangan sampai karena terlalu mengandalkan berbagai riset justru mengabaikan logika.
Saya jadi teringat saat kuliah dulu. Saat dosen mekanika rekayasa menyuruh kami untuk membuat soal struktur beserta bebannya lalu mengerjakannya. Dosen itu merupakan dosen yang cukup ditakuti oleh para mahasiswa. Salah satu teman saya membuat soal dengan beban strukturnya 2 kg. Lalu dosen itu bilang, “Kau kasih beban 2 kilo kontruksi apa itu kontruksi kandang ayam,” ucapnya dengan logat bataknya. Lalu pernah juga kami disuruh membuat soal tentang struktur jembatan. Salah satu teman saya membuat struktur jembatan dengan bentang 1 meter. lalu dosen itu bilang, “Kau kasih bentangnya 1 meter buat apa kau bikin jembatan 1 meter. Kalau satu meter kau tinggal loncat saja lah,” ucapnya dengan logat bataknya.
Artinya memang soal angka–angka bisa menjerumuskan otak kita. Dan kita harus mengedepankan logika di atas angka–angka tersebut.
Satu contoh yang paling real di negara ini adalah soal hukum. Di persidangan, seringkali rakyat kecil yang kesalahannya begitu kecil hanya mencuri coklat, waluh, atau mencuri sendal, bisa dipenjara untuk jangka waktu yang lama. Sedangkan mungkin yang korupsi masih bisa bernapas lega.
Dalam hal ini hakim membuat keputusan memanjarakan rakyat kecil yang hanya mencuri sedikit untuk kepentingan perut mengatasnamakan undang–undang dalam membuat keputusannya. Padahal secara logika tak masuk akal.
Silakan komentar dengan baik dan bijak. Sesuai dengan artikel yang dibaca :)
EmoticonEmoticon