Kamis, 14 Juni 2018

Cara Mengatasi Stres Hanya dengan Mengganti Satu Kata



Ketika menghadapi masalah, orang yang Galau Negatif lebih banyak bertanya pada dirinya sendiri pakai kata tanya kenapa, contoh:
“Kenapa ini semua menimpa saya?”
“Kenapa semua ini mesti terjadi?”
“Kenapa ini nggak sesuai dengan harapan saya?”
“Kenapa mesti saya yang mengalami kejadian ini?”
Dan lain sebagainya.

Coba saja bayangin yang lagi galau akut biasanya bertanya pada dirinya pake kata tanya kenapa sambil nyalain shower di kamar mandi, sambil banting-banting bantal, sambil pukul-pukul dinding, sambil cakar-cakar pohon, atau sambil korek-korek tanah.

Orang yang lebih banyak bertanya pada dirinya sendiri dengan kata tanya “kenapa” tidak akan menemukan solusinya. Justru akan menimbulkan penyesalan yang membuat mereka menjadi stress.

Sementara orang yang galau positif lebih banyak bertanya pada dirinya sendiri pakai kata tanya “apa”, contoh :
“Apa hal positif yang bisa saya petik dari kejadian ini?”
“Apa makna dari kejadian ini?”
“Apa yang harus saya lakukan agar kejadian ini tak terulang kembali?”
Dan lain sebagainya.

Orang yang lebih banyak bertanya pada dirinya sendiri pakai kata tanya “apa” akan menemukan solusi dari masalah yang ia hadapi. Sehingga ia tidak mengalami stress seperti orang yang bertanya pada dirinya sendiri pakai kata tanya “kenapa”. Dengan kata tanya “apa”, ia akan mengevaluasi yang telah terjadi dan memperbaiki kondisi di masa yang akan datang.

Saya akan memberikan sebuah contoh cerita lagi di bawah ini :

Contoh Cerita :
Usai bekerja di kantor, seorang pemuda hendak melaksanakan sholat Jum’at di sebuah mesjid. Ia parkir sepatunya di depan pintu masuk. Namun usai sholat jum’at ternyata ia tak menemukan sepatunya di tempatnya. Sepatunya telah raib entah kemana.

Dari cerita di atas, si pemuda itu bisa mengalami galau negatif atau juga justru menjadi galau positif yang menemukan solusi. Itu tergantung dari sikap apa yang ia ambil ketika mengalami kejadian itu.

Bila si pemuda bertanya pada dirinya sendiri dengan kata tanya “kenapa”, si pemuda itu tentu akan mengalami galau negatif,

“Uuhh kenapa sih sepatu baru udah hilang?”
“Kenapa sih di masjid kok ada maling?”
“Kenapa sih mau niat ibadah malah kehilangan sepatu?”
“Kenapa mesti sepatu saya yang ilang?”
Dan lain sebagainya.

Jika si pemuda itu bertanya seperti itu, ia tak akan menemukan solusinya. Justru ia akan mengalami galau negatif yang berujung pada stress.

Tapi lain halnya jika ia bertanya menggunakan kata tanya “apa”
“Apa hal positif yang bisa saya petik dari kejadian ini?”

> Oh mungkin ini peringatan untuk lebih banyak beramal”

> “Oh, mungkin saya harus lebih banyak bersyukur.”

> “Oh mungkin ini tandanya saya bakal punya sepatu baru lagi.”

“Apa yang harus saya antisipasi agar ini tidak terjadi lagi?”

> “Oh, lain kali saya harus titipkan sepatu di tempat penitipan.

Si pemuda itu akan dapat solusinya atau setidaknya ia akan tetap tenang jika ia bertanya pada dirinya sendiri pakai kata tanya “apa” ketika ia mengalami hal itu.


Silakan komentar dengan baik dan bijak. Sesuai dengan artikel yang dibaca :)
EmoticonEmoticon