Ketika menghadapi masalah, orang yang Galau Negatif lebih
banyak bertanya pada dirinya sendiri pakai kata tanya “kenapa”, contoh:
“Kenapa ini semua menimpa saya?”
“Kenapa semua ini mesti terjadi?”
“Kenapa ini nggak sesuai dengan
harapan saya?”
“Kenapa mesti saya yang mengalami
kejadian ini?”
Dan lain sebagainya.
Coba saja bayangin yang lagi
galau akut biasanya bertanya pada dirinya pake kata tanya kenapa sambil nyalain
shower di kamar mandi, sambil banting-banting bantal, sambil pukul-pukul
dinding, sambil cakar-cakar pohon, atau sambil korek-korek tanah.
Orang yang lebih banyak bertanya
pada dirinya sendiri dengan kata tanya “kenapa” tidak akan menemukan solusinya.
Justru akan menimbulkan penyesalan yang membuat mereka menjadi stress.
Sementara orang yang galau positif
lebih banyak bertanya pada dirinya sendiri pakai kata tanya “apa”, contoh :
“Apa hal positif yang bisa saya
petik dari kejadian ini?”
“Apa makna dari kejadian ini?”
“Apa yang harus saya lakukan agar
kejadian ini tak terulang kembali?”
Dan lain sebagainya.
Orang yang lebih banyak bertanya
pada dirinya sendiri pakai kata tanya “apa” akan menemukan solusi dari masalah
yang ia hadapi. Sehingga ia tidak mengalami stress seperti orang yang bertanya
pada dirinya sendiri pakai kata tanya “kenapa”.
Dengan kata tanya “apa”, ia akan mengevaluasi yang telah terjadi dan
memperbaiki kondisi di masa yang akan datang.
Saya akan memberikan sebuah contoh
cerita lagi di bawah ini :
Contoh
Cerita :
Usai
bekerja di kantor, seorang pemuda hendak melaksanakan sholat Jum’at di sebuah
mesjid. Ia parkir sepatunya di depan pintu masuk. Namun usai sholat jum’at
ternyata ia tak menemukan sepatunya di tempatnya. Sepatunya telah raib entah
kemana.
Dari cerita di atas, si pemuda itu
bisa mengalami galau negatif atau juga justru menjadi galau positif yang
menemukan solusi. Itu tergantung dari sikap apa yang ia ambil ketika mengalami
kejadian itu.
Bila si pemuda bertanya pada
dirinya sendiri dengan kata tanya “kenapa”, si pemuda itu tentu akan mengalami
galau negatif,
“Uuhh kenapa sih sepatu baru udah
hilang?”
“Kenapa sih di masjid kok ada
maling?”
“Kenapa sih mau niat ibadah malah
kehilangan sepatu?”
“Kenapa mesti sepatu saya yang
ilang?”
Dan lain sebagainya.
Jika si pemuda itu bertanya
seperti itu, ia tak akan menemukan solusinya. Justru ia akan mengalami galau
negatif yang berujung pada stress.
Tapi lain halnya jika ia bertanya
menggunakan kata tanya “apa”
“Apa hal positif yang bisa saya
petik dari kejadian ini?”
> Oh mungkin ini peringatan untuk lebih banyak beramal”
> “Oh, mungkin saya harus lebih banyak bersyukur.”
> “Oh mungkin ini tandanya saya bakal punya sepatu baru lagi.”
“Apa yang harus saya antisipasi agar ini tidak terjadi lagi?”
> “Oh, lain kali saya harus titipkan sepatu di tempat penitipan.
Si pemuda itu akan dapat solusinya atau setidaknya ia akan tetap tenang jika ia bertanya pada dirinya sendiri pakai kata tanya “apa” ketika ia mengalami hal itu.
Silakan komentar dengan baik dan bijak. Sesuai dengan artikel yang dibaca :)
EmoticonEmoticon